Advertisement
Terdengar suara gemuruh seperti mesin pesawat terbang. Manakala langkah kaki menginjak anak tangga satu persatu. Semakin ke atas langkah kaki semakin terasa berat untuk digerakkan. Terkadang tiupan angin dingin menerpa badan serta membawa kepulan asap putih membungbung tinggi ke angkasa.
Itulah pengalaman ketika traveling ke Gunung Bromo bersama dua teman saya, Aja dan
Alfa pada Maret lalu. Walaupun waktu itu kami tidak bisa menikmati keindahan
spot-spot kawasan Bromo-Tengger seluruhnya karena keterbatasan waktu. Tetapi
sudah mengobati rasa rindu tentang cerita dan pesona Gunung Bromo yang penuh
legenda.
Gunung
Bromo yang secara geografis berada dalam empat lingkup kabupaten. Yaitu
Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang dan Kabupaten Malang, Provinsi Jawa
Timur. Dengan ketinggian 2.392 meter dari atas permukaan laut. Termasuk
dalam satu kawasan Bromo Tengger Semeru National Park. Di kawasan itu terdapat
beberapa obyek wisata yang bisa dikunjungi seperti, Gunung Semeru, Gunung
Tengger, Gunung Batok, beberapa danau dan Gunung Bromo sendiri.
Ketika itu kami tidak langsung menuju Bromo
tetapi terlebih dahulu mampir ke Yogyakarta. Sehubungan sejak jauh hari kami
sudah memesan tiket ke Yogya. Karena ada teman dari Yogya yang ingin ikut.
Rencananya kami akan ke Bromo menggunakan mini bus. Tetapi rencana itu
batal sebab ada sedikit problem, hampir saja membatalkan jalan-jalan ke Bromo.
Tetapi karena kuat keinginan melihat pesona Gunung Bromo. Akhirnya kami bertiga
tetap berangkat.
Minggu pagi, pukul 06.45 WIB rangkaian panjang gerbong kereta Gajah
Wong meluncur dari stasiun Pasar Senen. Membawa saya dan Aja menuju
Yogyakarta, sedangkan Alfa sudah lebih dulu berangkat ke Purwokerto karena ada
acara keluarga. Kemudian Alfa menyusul ke Yogyakarta.
Pagi
itu cuaca sangat cerah sehingga dalam perjalanan itu bisa menikmati pemandangan
dari jendela kereta. Menjelang Kebumen, kami disuguhkan kehijauan pemandangan
alam. Dari jauh tampak Gunung Slamet samar diselimuti awan. Terlihat para
petani sedang menggarap tanah dan ladang. Mereka sepertinya hirau akan suara
gemuruh mesin lokomotif. Yang sekali-sekali membuang polusi asap kehitaman ke
udara.
Sekitar pukul 15.00 WIB sore kami tiba di stasiun Lempuyangan
Yogyakarta. Suasana di stasiun begitu ramai maklum menjelang hari libur Nyepi.
Dari Lempuyangan itu kami naik becak ke stasiun Tugu. Sebab mendapat kabar dari
Alfa, sudah berhasil mendapatkan tiket untuk ke Malang. Dengan jadwal
pemberangkatan pukul 19.15 WIB malam dari stasiun Tugu.
Karena jadwal berangkat malam. Maka untuk mengisi waktu luang Kami
memilih jalan-jalan di seputar jalan Malioboro sambil mencoba wisata kuliner.
Salah satunya menikmati angkringan khas Yogyakarta. Walaupun sore itu sempat
turun hujan gerimis tetapi suasana kota itu tetap ramai terutama oleh kawula
muda.
Akhirnya
sekitar pukul 19.15 WIB kami meninggalkan Yogya. Terdengar suara pluit panjang
memecah telinga. Perlahan, kereta api Malioboro Ekspres bergerak
berangkat menembus alam malam. Terlihat, terpampang di papan petunjuk arah.
Jarak Yogyakarta-Malang 390 km, wow lumayan jauh.
Tak berapa lama terdengar suara petugas wanita di pengeras suara kereta. Memberitahukan bahwa kereta akan berhenti di stasiun Klaten,
Solobalapan, Madiun, Nganjuk, Kertosono, Kediri, Tulungagung, Blitar, Wlingi,
Kepanjen, Malang Kotalama, dan berakhir di stasiun Malang, begitu katanya.
Sudah
dipastikan perjalanan malam itu akan menjemukan dan melelahkan. Untuk mengatasi
rasa bete di perjalanan itu. Saya memilih mendengar musik
sambil sekali-kali brossing internet lewat hp. Sekitar pukul
02.00 WIB dini hari, rasa ngantuk mulai menyerang dan saya pun istirahat tidur.
Terlihat Aja dan Alfa malahan sudah terlelap.
Sekitar pukul 03.35 WIB pagi kami tiba di kota Malang. Udara pagi
itu terasa dingin. Sambil istirahat di luar stasiun kami mencari informasi
angkutan menuju Bromo. Malah sempat terpikirkan akan naik angkutan umum menuju
Bromo tetapi tidak jadi. Karena kalau naik angkutan umum dikhawatirkan terjebak
kemacetan, sebab kami hanya waktu libur sebentar.
Akhirnya kami mencari alternatif lain. Beruntung kami bertemu
Fauzi pengemudi mobil carteran yang bersedia mengantar ke Bromo. Bapak
satu anak itu memang sudah biasa mengantar para wisatawan lokal maupun asing ke
kawasan Gunung Bromo-Tengger. Dan para pendaki ke Gunung Semeru.
Setelah
nego harga, akhirnya disepakati Rp1,500,000,- pulang-pergi dari stasiun Malang
-Bromo. Harga tersebut sekaligus untuk mengunjungi tiga tempat yaitu; kawah
Bromo, Padang Savana, dan Pasir Berbisik plus biaya sewa jeep. Sayang, kami
tidak bisa ke Pananjakan untuk melihat penomena alam terbitnya Sang Surya.
Sedangkan untuk melihat golden sunrise paling tidak pukul 03.00 pagi, kami harus sudah sampai di Pananjakan.
Setelah harga sepakat, tanpa membuang waktu Fauzi pun tancap gas.
Kendaraan itu meluncur menembus udara dingin kota Malang. Jalanan yang masih
sepi sehingga kendaraan bisa dipacu dengan kecepatan antara 40-60 km/jam.
Kami melewati rute Tongas Wetan – Lumbang – Sukapura –
Ngadisari- Cemoro Lawang – Gunung Bromo. Dalam perjalanan itu, Jalur yang
tempuh cukup panjang dan berliku. Melalui suasana pedesaan, perkebunan,
pesawahan dan hutan-hutan yang masih alami menemani perjalanan itu.
Memasuki
Sukapura kami disuguhi pemandangan menarik. Pegunungan dengan lereng-lereng
membentuk alur-alur lembah. Dihiasi petak-petak terasering ditumbuhi subur
hijau tanaman sayur-mayur. Dan jejeran pohon-pohon pinus di pinggir jalan turut
memperindah pemandangan.
Sekitar pukul 07.40 WIB pagi kami tiba di perkampungan Desa
Sukapura. Dan mampir ke sebuah home stay untuk istirahat
sebentar. Setelah cukup istirahat, perjalanan dilanjutkan dan berganti
tumpangan yaitu dengan mobil jeep yang sudah disiapkan sebelumnya. Tak
berlama-lama jeep meluncur membawa kami menuju kawasan Gunung Bromo.
Menjelang jalan berbukit terlihat kaldera lautan pasir serta
jejeran pegunungan. Gunung Batok, dan Gunung Bromo. Menghadap ke
utara hingga timur, berjajar Gunung Lingga (Penanjakan), Brak, Lengkong, dan
Gunung Ringgit. Sementara di bagian selatan, Gunung Pundak Lembu menjulang.
Tampak juga Gunung Semeru sebagai latar masih terlihat gagah.
Rangkaian pegunungan itu membentuk pemandangan alam yang memesona.
Akhirnya jeep berhenti di pangkalan. Dari jauh terlihat asap putih
membumbung tinggi dari kawah Bromo. Untuk menuju kawah pengunjung harus
berjalan kaki sekitar 2 kilometer dari pangkalan jeep itu. Atau naik kuda dengan
ongkos Rp25.000,- pulang-pergi ditunggui. Memang, kalau jalan kaki bagi yang
tidak terbiasa lumayan melelahkan. Karena jalur jalan mendekati kawah akan
semakin menanjak. Untuk sampai di puncak kawah Bromo pengunjung harus menaiki
250 anak tangga.
Ketika mendekati kawah kami disambut oleh suara gemuruh. Seperti
bunyi mesin pesawat terbang. Ternyata bunyi itu berasal dari energi di dalam
kawah yang bergolak. Karena mungkin masih aman sehingga banyak juga turis lokal
maupun asing naik ke atas kawah. Dan kami pun sempat naik sampai ke bibir kawah
itu. Tetapi harus hati-hati, sebab jarak pandang dari bibir kawah ke dasar
cukup sempit. Hanya dibatasi pagar tembok pendek di sekelilingnya.
Setelah cukup melihat-lihat kawah Bromo. Kami melanjutkan perjalanan menuju Padang Savana. Tiba di tanah lapang Padang Savana, sudah banyak pengunjung dan berjejer kendaraan jeep pengantar para wisatawan. Menyapu pandangan ke sekeliling terlihat perbukitan cantik yang hijau menyegarkan. Kami pun tak mensia-siakan kesempatan baik itu dan bergegas mencari spot-spot bagus untuk mengambil gambar.
Setelah cukup melihat-lihat kawah Bromo. Kami melanjutkan perjalanan menuju Padang Savana. Tiba di tanah lapang Padang Savana, sudah banyak pengunjung dan berjejer kendaraan jeep pengantar para wisatawan. Menyapu pandangan ke sekeliling terlihat perbukitan cantik yang hijau menyegarkan. Kami pun tak mensia-siakan kesempatan baik itu dan bergegas mencari spot-spot bagus untuk mengambil gambar.
Dari Padang Savana kemudian jalan-jalan dilanjutkan ke Pasir
Berbisik. Yaitu lautan pasir yang luas. Beruntung ketika itu kawasan Bromo
paginya sedikit diguyur hujan. Sehingga tiupan angin tidak menimbulkan debu
pasir berterbangan. Karena keterbatasan waktu. Puas menikmati pesona kawasan
Bromo dan sekitarnya kami segera pulang menuju Malang.
Tiba
di Malang kira-kira pukul 06.00 WIB sore. Karena masih ada waktu luang
sebelum ke Yogyakarta. Kami menyempatkan melihat-lihat suasana kota Malang. Dan pukul 08.20 malam, kereta Malioboro Ekspres membawa
kami menuju Yogya. Sekitar pukul 05.35 pagi kami tiba di
stasiun Tugu Yogyakarta.
Sebelum pulang ke Jakarta kami mencari penginapan, untuk sekadar
melepas lelah dan rasa ngantuk. Tiba waktunya pukul 07. 15 WIB, kami
melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Sebuah perjalanan panjang dan singkat yang
lumayan melelahkan. Tetapi itu semua terbayarkan dengan terlaksananya
menikmati kecantikan kawasan Gunung Bromo yang mengagumkan itu.
Foto: Mhenk, Aja M. Zuhri
update terus gan artikelnya.
ReplyDeletedi tunggu kunjungan baliknya gan.
http://essenaquatic.xyz
terimakasih atas kunjungannya...
Delete