Wisata Alam Situgunung Suguhkan Sensasi Berkemah dan Treking di Alam Liar

Advertisement


Jembatan gantung (suspension bridge) boleh jadi menjadi icon baru di wisata alam Situgunung di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Berada di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Keberadaan sempat viral warga net, bahkan pada saat mulai dibuka atau soft opening jumlah pengunjung mencapai 700-2000 orang tiap hari.

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Danau Situgunung
Jembatan gantung yang dibangun di atas rimbunnya pepohonan itu panjangnya mencapai 240, lebar 2 meter dengan ketinggian dari tanah sekitar 161 meter. Sesuai standar keamanan dan kenyamanan jumlah pengunjung sekali melintas dibatasi sebanyak 40 hingga 50 orang.

Untuk mengobati rasa penasaran, pada hari terakhir soft opening kami menyempatkan datang ke Situgunung. Berharap bisa merasakan sensasi jalan-jalan di atas jembatan. Tapi sayang setibanya di lokasi, jembatan sudah ditutup. Padahal berdasarkan informasi jembatan ditutup pukul 17.00 WIB. Nah, saya datang pukul 15.00 WIB seharusnya masih ada kesempatan melintasi jembatan itu. Kata petugas jembatan sudah ditutup sejak dua hari lalu. Akhirnya gigit jari deh.

Penasaran dengan suspension bridge atau jembatan gantung. Sebulan kemudian kami datang lagi bersama teman saya, Aja Muhammad Zuhri dan Sanudd sekaligus untuk berkemah. Supaya lebih leluasa mengeksplor kawasan wisata alam Situgunung kami datang lebih awal. Maka sebelum pukul 8.00 WIB pagi kami sudah kumpul di Stasiun Paledang Bogor.

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Sekitar pukul 8.00 WIB kereta api Pangrango berangkat meninggalkan stasiun Paledang. Laju perjalanan kereta api Bogor-Sukabumi tidak secepat kereta ke jawa, kereta nggak bisa ngebut. Soalnya kereta Bogor-Sukabumi jalur jalannya banyak kelokan, jadi harus sabar dan nikmati saja perjalanan itu yang penting selamat. Tenang, dari balik jendela kereta akan disuguhi pemandangan hijau perbukitan, kebun-kebun dan pesawahan. Tidak boring deh.

Kurang lebih dua jam kami tiba di stasiun Cisaat Sukabumi. Dari stasiun Cisaat ke Situgunung tersedia angkutan. Bisa memilih naik angkot, ojeg atau angkutan online. Karena ingin cepat sampai di tempat tujuan kami memilih naik angkutan online, ongkos sekitar Rp45.000,-. Sekitar setengah jam kami sampai  di Situgunung dan langsung saja membeli tiket masuk seharga Rp35.000,- per orang, harga tersebut termasuk biaya untuk berkemah.

Situgunung, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Ternyata kali kedua ke Situgunung  jembatan gantung masih belum dibuka juga, rada kecewa juga sih. Apa boleh buat, di kawasan wisata alam Situgunung masih ada beberapa tempat yang belum kami dikunjungi.

Ada apa di kawasan Situgunung? Di kawasan wisata itu terdapat Curug (air terjun) Sawer, Curug Simanaracun, Danau Situgunung, Loop Trail, Wisma Situgunung, Camping Gound. Dan yang baru suspension bridge (jembatan gantung).

Bagi yang hobi berkemah pengelola menyediakan beberapa lokasi camping ground diantaranya: Harendong, Bungbuay, Tepus dan Arben. Tersedia sarana (Mandi, Cuci, Kakus) MCK cukup bersih. Bagi yang tidak mau repot bawa tenda, pengelola menyediakan sewa tenda dengan berbagai ukuran plus matras.

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Supaya cepat bisa istirahat kami langsung mendirikan tenda di camping ground Harendong. Kebetulan lokasinya tidak begitu jauh dari pintu gerbang Situgunung. Ternyata di camping ground Harendong sudah ada sekitar 8 tenda berdiri. Malahan semakin sore camping ground seluas 500 m2 yang hampir penuh oleh tenda-tenda.

Menariknya ada beberapa tenda dihias bendara merah putih kecil-kecil di sekelilingnya. Memang pada hari itu pas tanggal 17 Agustus, hari kemerdekaan Republik Indonesia. Sedangkan di beberapa lokasi camping ground lain sudah diboking oleh beberapa perusahaan untuk menggelar acara.
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Suspension Bridge (Jembatan Gantung)

Setelah rehat sebentar kami menyiapkan makanan. Tanpa dikomando Kang Sanudd, yang jago masak sigap meracik masakan dibantu Bang Aja dan saya sendiri. Tidak butuh waktu berlama-lama akhirnya kami pun bisa menyantap makanan. Makan bersama di tengah suasana alam pegunungan dan rimbunnya pepohonan hutan Situgunung, cukup nikmat. Nggak percaya boleh coba deh.

Hari semakin sore, di ufuk barat sang surya mulai tenggelam menyisakan cahaya kuning keemasan.  Suara-suara binatang malam mulai terdengar bersahutan menyambut datangnya malam. Satu persatu lampu-lampu penerang di tenda-tenda mulai dinyalakan.


Pergantian siang menjadi malam membawa perubahan hawa dingin. Walaupun demikian di areal camping ground itu begitu ramai. Bahkan gelaran acara di areal kemah lain begitu meriah. Sedangkan kami menikmati suasana malam itu memilih ngobrol di luar tenda,  sambil ditemani secangkir kopi hangat plus cemilan.

Malam semakin larut, hawa dingin semakin menusuk-nusuk kulit. Sebagian orang yang berkemah mulai masuk tenda, termasuk kami langsung ngeloyor tidur. Tapi tak sedikit pula yang bertahan di luar tenda sambil asyik bernyanyi riang diingingi petikan gitar.

Situgunung

Esok harinya di pagi yang cerah selesai sarapan dan ngopi kami langsung jalan menuju Danau Situgunung. Perjalanan ke Danau Situgunung cukup mudah, tinggal mengikuti jalanan yang sudah dicor. Tetapi tidak boleh memakai kendaraan harus jalan kaki. Tenang saja, karena di sepanjang jalan yang dilalui akan disuguhi oleh pemandangan jejeran pohon damar -- diperkirakan berusia ratusan tahun. Disamping itu udaranya segar dan bebas polusi. Bahkan  sekali-kali kami bisa melihat lutung , yaitu sejenis kera bergelantungan di pohon-pohon.

Aja Muhammad Zuhri (kiri) dan Sanudd (kanan) sedang mempersiapkan makanan.

Kurang lebih 20 menit atau  berjalan sekitar 1 km akhirnya kami sampai di Danau Situgunung. Danau yang berada 850 mdpl tampak cantik dikelilingi pohon-pohon pinus dan damar. Lokasinya berada di lembah Gunung Gede-Pangrango. Tempat ini cocok sekali buat piknik keluarga. Tersedia juga perahu dan rakit bagi pengunjung yang mengelilingi danau. Dari Danau Situgunung juga bisa berburu sunrise bahkan sunset.

Situgunung
Jalan menuju Curug Sawer

Di sekitar danau banyak spot-spot menarik untuk mengambil gambar atau sekadar swafoto. Tak heran kalau Danau Situgunung menjadi tempat favorit pengunjung wisata alam itu. Tapi sayang, keindahan Danau Situgunung telah dikotori oleh sampah-sampah plastik yang dibuang sembarangan mungkin oleh oknum pengunjung.

Mumpung masih pagi, kami bertiga mencoba trekking mengelilingi danau. Mulai dari sebelah barat menyisir pinggiran danau. Menerobos jalan setapak yang sudah ditutupi rerumputan dan rangting pepohonan. Bahkan harus melewati rintangan batang pohon tumbang. Sepertinya jarang sekali orang melewati jalur itu. Menarik juga sih, sebuah tantangan bagi para petualang. Jangan khawatir jalur selanjutnya tidak sulit.

Di Curug Sawer

Selepas mengelilingi danau dilanjutkan ke Curug Cimanaracun dan berakhir di Curug Sawer. Trek menuju kedua air terjun itu akan melewati jalanan yang naik turun. Tapi jalannya lumayan bagus sudah terbentuk tersusun bebatuan. Kalau jembatan gantung sudah dibuka untuk ke Curug Sawer lebih dekat bisa nyeberang melewati jembatan gantung.

Tiba di Curug Sawer kami disambut oleh suara gemuruh air terjun aliran Sungai Cigunung. Tampak di sekitar curug sudah ramai oleh pengunjung dari berbagai usia. Tetapi pengunjung kaum milenia lebih mendominasi. Tak ketinggalan turis asing pun datang bersama rombongannya. Para pengunjung itu sibuk berfoto ria mengambil latar air terjun.

Aliran air yang bening dan bersih itu menggoda untuk nyebur mandi. Malahan beberapa pengunjung  sudah ada yang mandi. Tak ketinggalan kami juga ikut mandi di aliran sungai, woh sangat dingin sekali. Sampai-sampai tubuh gemetaran menggigil menahan  dingin.

di stasiun kereta Cisaat Sukabumi
Di stasiun Cisaat 

Trekking mengelilingi kawasan hutan Situgunung diperkirakan sejauh 2 KM atau 1.5 Jam, lumayan menguras keringat. Nggak apa-apa itung-itung olahraga. Karena sudah merasa cukup berada di Curug Sawer kami kembali ke kemah sore hari. Badan rasanya fresh, bahkan tidur malam pun pulas sampai pagi hari.

Dua hari kami berkemah dan jalan-jalan menikmati suasana alam di kawasan hutan Situgunung cukup menyenangkan. Seandainya ketika itu masih ada libur mungkin kami masih betah berkemah di Situgunung. Tetapi kami harus segera pulang untuk menjalankan aktivitas seperti biasa. Sekitar pukul 9.00 WIB pagi, setelah beres-beres kami pun meninggalkan camping ground Harendong wisata alam Situgunung.

0 komentar:

Post a Comment