Menjelajah Destinasi Wisata ke Tanah Jawara Ujung Kulon, Banten

Advertisement

Di sela kesibukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Sebagian karyawan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yang tergabung di komunitas wayskafu menyempatkan touring sepeda motor ke Ujung Kulon beberapa waktu lalu. Walaupun pada waktu itu sering turun hujan. Tetapi tidak mengendurkan semangat teman-teman untuk jalan-jalan, refreshing.

Ujung Kulon, merupakan Taman Nasional seluas 122.955 hektar yang terdiri dari 78.619 hektar lahan dan 44.337 hektar laut. Membentang  Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Panaitan, Pulau Peucang, pulau Handeleum, dan Gunung Honje Range. Secara administratif terletak di dua Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

Salah satu pulau di Ujung Kulon

Memiliki keragaman flora dan fauna. Merupakan habitat badak jawa, atau dikenal badak bercula satu (rhinoceros sundaicus). Hewan langka yang dilindungi itu jumlahnya sekitar 50-60 ekor. Selain itu ada juga banteng (bos javanicus javanicus), ajag (cuon alpinus javanicus), surili (presbytis comata comata), lutung (trachypithecus auratus auratus), rusa (cervus timorensis russa), macan tutul (panthera pardus), kucing batu (prionailurus bengalensis javanensis), owa (hylobates moloch), kima raksasa (tridacna gigas), berbagai jenis burung dan lain-lain.


Taman Nasional Ujung Kulon ini menjadi taman nasional pertama yang diresmikan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1992. Dan sebagai Natural World Heritage Site (Situs Warisan Alam Dunia) oleh UNESCO pada 1991.

Diikuti I5 orang peserta, Jumat pagi sekitar pukul 08.00 rombongan kami berangkat dari meeting point  dari sebuah pom bensin di jalan Daan Mogot, Tangerang. Terlebih dahulu berdoa bersama dipimpin rekan kami, Tomo dan Gaston. Bersyukur pada saat keberangkatan cuaca cerah. Membuat teman-teman tambah semangat, dan kota Tangerang pun dapat dilewati dengan lancar.



Selepas kota Tangerang kami mulai menemui jalanan yang kurang bersahabat, alias jalan berlubang. Jalan berlubang itu semakin parah ketika memasuki Rangkasbitung. Bahkan di beberapa tempat masih menyisakan genangan air. Tidak hanya menemui jalan rusak. Di Panimbang rombongan kami malah harus terjebak banjir rob air laut. Beruntung teman-teman dapat melewati, sehingga kekhawatiran mesin motor mati tidak terjadi.

Di pantai kampung Sumur

Matahari mulai condong ke barat. Kondisi badan mulai terasa lelah dan badan pegal-pegal. Ini sebuah risiko yang harus dihadapi bagi yang suka berpetualang. Kami harus tetap bersemangat sebab perjalanan touring menjelajah ke tanah jawara, Ujung Kulon Banten sebentar lagi sampai.

Memasuki Desa Kertajaya, Kecamatan Sumur, Pandeglang. Lagi-lagi kondisi jalan semakin rusak parah. Batu-batu besar muncul ke permukaan jalan karena tergerus oleh air-- mungkin kualitas aspal yang kurang bagus, entahlah. Konstur jalan naik turun menuntut kewaspadaan dan ekstra hati-hati. Bahkan sebagai bentuk protes terhadap kondisi jalan. Penduduk setempat menanam pohon pisang di tengah jalan.


Setelah seharian menempuh perjalanan Jakarta-Sumur. Diperkirakan berjarak 220 km, dengan waktu tempuh sekitar 9 jam. Akhirnya pukul 16.30 kami tiba di penginapan. Sehingga bisa istirahat memulihkan kondisi badan. Dan setelah rehat sebentar,walapun rasa cape belum sepenuhnya hilang kami menyempatkan jalan-jalan ke pantai terdekat untuk melihat sunset.

Esok harinya, pagi sekitar pukul 07.00 WIB selesai sarapan. Kami siap-siap berangkat menuju Pulau Handeuleum, Pulau Badul dan Pulau Oar. Awalnya mau ke Pulau Peucang, tetapi diurungkan. Sebab jika pergi ke Pulau Peucang cukup jauh, membutuhkan waktu tempuh sekitar empat jam. Sedangkan waktu kami berlibur di Ujung Kulon tidak banyak.


Berkano ria di Sungai Cigenter

Tiba di dermaga Sumur, tampak suasana begitu ramai. Mulai dari transaksi jual beli ikan laut segar. Sampai si pembuat perahu yang sibuk menatah balok tiang perahu tradisional. Tak ketinggalan beberapa nelayan sibuk merapikan jaring di antara perahu-perahu yang berjejer di pinggir pantai. Denyut kehidupan kampung bahari tampak nyata.

Sekitar pukul 08.00 pagi diiringi deru suara mesin. Perahu itu membawa rombongan kami menuju Pulau Handeuleum. Dalam penyeberangan itu alam sepertinya merestui perjalanan kami semua. Ditandai oleh air laut yang tenang dan cerah sang surya. Cuaca cukup bersahabat, ini benar-benar membawa keceriaan pada kami semua.


Hanya butuh waktu sekitar dua jam kami tiba di Pulau seluas sekitar 220 hektar itu. Koordinator rombongan Tomo, langsung melapor ke petugas jaga – izin akan melakukan canoeing alias bersampan di Sungai Cigenter.

Tidak tahan melihat jernihnya air laut di Pulau Handeuleum. Gunawal, Made, Alfa, Anggit dan Catur, langsung menceburkan diri berenang. Yang lain sibuk berfoto ria di antara rimbunnya pepohonan dan akar-akar pohon yang melintang. Sebuah pemandangan yang menarik.

Pulau Oar

Setelah melapor, kami langsung menuju Sungai Cigenter -- panjangnya sekitar 12 km dengan kedalaman kira-kira tiga meter. Di sungai itu kami mendayung sejauh 1 km. Menyusuri sungai berair jernih di antara lebatnya hutan Ujung Kulon yang masih asli. Jika beruntung di sekitar Cigenter dapat menemuan badak. Tetapi itu memang sulit karena badak merupakan binatang soliter, penyendiri. Cenderung menjauhi manusia.

Berkano ria cukup menyenangkan, dan juga menegangkan. Betapa tidak, perahu kano yang kami naiki terlalu banyak penumpangnya melebihi kapasitas. Apalagi ada beberapa teman yang berperawakan bongsor. Jika ada gerakan badan membuat perahu oleng, hal ini cukup menegangkan. Bagi yang tidak bisa berenang benar-benar menguji adrenalin membuat deg-degan.

Maen pasir di pulau Badul

Selesai menyusuri Sungai Cigenter dilanjutkan menuju Pulau Badul untuk snorkeling. Di pulau sebesar lapangan sepakbola itu, teman-teman tampak bahagia. Menikmati kehidupan panorama bawah laut. Dapat berenang bebas di antara tarian ikan-ikan batu karang. Sementara salah satu teman kami, Hendra setelah snorkeling malah asyik mancing dari atas perahu.

Bagang, tempat nelayan mencari ikan

Puas bermain-main di Pulau Badul perjalanan diteruskan ke Pulau Oar. Selama perjalanan di laut lepas itu kami dapat menikmati pemandangan eksotis pulau-pulau kecil. Serta jejeran bagang-bagang bambu tempat para nelayan menjaring ikan. Melepas pandangan agak ke barat tampak pemandangan Gunung Krakatau berdiri gagah seperti sembunyikan energi.

Tiba di Pulau Oar teman-teman tidak membuang kesempatan. Lagi-lagi menceburkan diri ke laut, snorkeling. Sebagian teman memilih jalan-jalan menyusuri hamparan pasir putih dan rimbunan hutan seluas 5 hektar tersebut. Tidak terasa hari semakin sore. Kami pun langsung pulang ke penginapan di Sumur.

Minggu pagi hujan turun. Sepertinya alam bersedih karena kami harus meninggalkan Ujung Kulon. Kami harus kembali pulang ke Jakarta. Selesai sarapan pagi dan menyelesaikan pembayaran. Sekitar pukul 9.00 kami pamit pulang ke pemilik penginapan.

Aktivitas penduduk di kampung nelayan 

Seharian menjelajah Ujung Kulon memang tidaklah cukup. Masih banyak spot-spot lain yang menarik di ujung pulau jawa itu. Mungkin di lain kesempatan kami bisa kembali. Walaupun tidak dapat mengunjungi seluruhnya, bagi kami touring kali ini cukup menyenangkan sekaligus menggembirakan. Canda dan tawa selalu mengiringi kami dalam bingkai persahabatan. Lebih bersyukur lagi. Kami semua dapat kembali ke rumah masing-masing dengan selamat. Serta membawa semangat dalam bekerja. Semoga!  

0 komentar:

Post a Comment