Touring ke Pantai Selatan Pelabuhan Ratu lewat “Jalur Tengkorak”

Advertisement

Menjelang akhir tahun lalu, sebagian karyawan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) berinisiatif meng­gelar touring menempuh puluhan kilometer per­jalanan ke Pelabuhan Ratu, Sukabumi Jawa Barat. Perjalanan ini kami lakukan semata-mata untuk memupuk persahabatan dan keakraban sekaligus mengusir penatnya rutinitas sehari-hari dan hiruk-pikuk kota Jakarta.

Ini touring pertama kami dan sebagian besar pesertanya belum berpengalaman menempuh perjalanan jauh dengan sepeda motor. Tujuan dan tempat yang dituju adalah Pantai Cibangban, Sukabumi. Berjarak kurang-lebih 10 kilometer dari pusat Pelabuhan Ratu. Eksotisme pantai ini mencuat karena berada di bawah Bukit Habibie.



Sejak awal keberangkatan, kami mengantongi agenda dan usulan yang akan diba­has dalam “konsoli­dasi di tepi pantai”. Tim menyepakati titik pertemuan (meet­ing point) di SPBU Warung Jambu, Bogor Utara, Kota Bogor. Angan-angan indah tentang indahnya panorama pantai dan angin sepoi-sepoi memenuhi kepala kami. Waktu ber­kumpul disepakati pukul delapan pagi.

Satu per satu muncul rekan-rekan bermunculan. Setelah saya, menyusul tiba Anggit, Hendra, Aris, Azis dan Taufik, Syarif Qinoy, Saptono, Gunawal, Reza, Gaston, dan Made. Pagi itu dari berbagai penjuru kami menyatu.



Pengarahan singkat disampaikan oleh Syarif Qinoy yang paling berpengalaman menjalani touring. Materi yang disam­paikan adalah rute yang dilalui, strategi berkendaan, dan “posisi” peserta, khususnya RC dan Sweeper. Posisi RC kami percayakan kepada Syarif, sedangkan Sweeper ditempati Saptono.

Sesuai kesepakatan awal dan untuk menghemat wak­tu, kami memilih jalur Bogor, Cihideung, Cikidang, lalu Pelabuhan Ratu. Jalur Cikidang dikenal sebagai “jalur teng­korak”, dibutuhkan konsentrasi dan kondisi motor serta pemotor yang prima.



Setelah melewati hambatan awal lalu lintas Bogor yang ruwet, kami berbelok ke kanan langsung ke Cihideung. Di ujung jalan Cihideung setelah jembatan akhirmya rombongan kami menyatu kembali dengan jalur utama Ciawi-Sukabu­mi. Waktu sudah menjelang tengah hari kala itu.

Setelah berfoto sebentar, perjalanan kami lanjutkan dari Cikidang menuju Pelabuhan Ratu. Sesekali RC memberi aba-aba untuk memperlambat motor karena jalan menurun tajam. Motor pun “meraung” keras karena laju yang kencang menuruni jalanan mulus namun harus me­makai gigi rendah.


Hampir satu jam lebih kami harus konsentrasi penuh agar tidak tergelincir. Meskipun sepanjang perjalanan alam begitu mempesona dengan rimbunnya kebun kelapa sawit namun tak bisa kami nikmati sepenuhnya karena terkon­sentrasi pada jalur yang menukik, mendaki, serta kelokan tajam dengan jurang atau bukit di sisi lain. Sungguh pengalaman yang menyenangkan.

Akhirnya, sampailah kami di Pelabuhan Ratu. Sepan­jang perjalanan sejak masuk Cikidang terasa begitu mulus karena sepertinya baru diaspal ulang. Setelah melewati pos retribusi, sampailah kami di Cibangban. Waktu setempat menunjukan pukul 12.30.

Kami “menyewa“ salah satu pendopo warung yang banyak tersedia d isana. Dengan konsekuensi semua “kebutuhan konsumsi” harus di warung tersebut. Termasuk makan siang dadakan yang disiapkan oleh pemilik warung.

 
Tak menunggu lama usai makan siang, sebagian besar peserta touring lansung menceburkan diri ke laut untuk berenang dan berendam. Sebagian lagi mencoba mencari spot-spot foto yang bagus dengan menyewa perahu keliling pantai. Lautnya masih terlihat jernih dan bersih.

Sayang kami tidak bisa menikmati matahari tenggelam karena letak geografis pantainya yang tidak memungkinkan. Tapi, hal ini tidak mengurangi keindahan langit saat matahari tenggelam. Semburat warna kuning yang memantul di pan­tai diselingi putihnya awan begitu mempesona.

Malam pun tiba. Kami berdis­kusi untuk mengevaluasi perjalanan dan membahas agenda berikutnya. Banyak usulan disam­paikan, namun akhirnya dengan bulat kami sepakat untuk mendaki Gunung Gede-Pangrango setelah usai musim hujan. Dari seluruh peserta tour­ing, 99 persen menyatakan siap menyukses­kan agenda tersebut.

Malam kian larut, sebagian mulai mencari posisi untuk tidur, meski agak sulit karena hingar-bingar karaoke pantai terdengar sangat keras. Na­mun, kami tetap coba memejamkan mata diiringi semilir angin pantai yang menghanyutkan.

Sesuai kesepakatan, setelah sarapan, kami segera berkemas untuk menempuh perjalanan pulang. Melahap jalur Cikidang yang menyeramkan sampai akhirnya tiba kembali di Bogor. Salut kepada rekan-rekan karyawan IAI yang telah bersama-sama melakukan perjalanan menyenangkan ini.

0 komentar:

Post a Comment